Disusun Oleh :
1. Arifatul Fitriana
2. Ariyo Guntoro
3. Asim Maulana
4. Asrofikah
5. Ayu Setya Asih
6. Ayuningtyas Budi R.
7. Azizah Rahmah M.
8. Dwi Kurniawati
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KENDAL
TAHUN AKADEMIK 2011 – 2012
1. Pengertian perencanaan
Perencanaan merupakan kegiatan untuk menetapkan tujuan yang akan dicapai beserta cara-cara untuk mencapai tujuan tersebut. Louise E. Boone dan David L. Kurtz (1984) menyatakan bahwa : “planning may be defined as the proses by which manager set objective, asses the future, and develop course of action designed to accomplish these objective.”
Menurut T. Hani Handoko (1995) perencanaan (planning) adalah pemilihan atau penetapan tujuan organisasi dan penentuan strategi, kebijaksanaan, proyek, program, prosedur, metode, sistem, anggaran dan standar yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan. Pembuatan keputusan banyak terlibat dalam fungsi ini.
Perencanaan didefinisikan sebagai suatu proses menetapkan tujuan dan memutuskan bagaimana hal tersebut dapat dicapai. Rencana meliputi sumber-sumber yang dibutuhkan, tugas yang diselesaikan, tindakan yang diambil dan jadwal yang diikuti.
2. Unsur perencanaan
- Rasional (dibuat dengan pemikiran yang rasional; tidak secara khayalan/angan-angan; harus dapat dilaksanakan);
- Estimasi (dibuat berdasarkan analisa fakta dan perkiraan yang mendekati/estimate; untuk pelaksanaan yang akan segera dikerjakan);
- Preparasi (dibuat sebagai persiapan/pre-parasi; pedoman/patokan tindakan yang akan dilakukan/bukan untuk yang telah lalu);
- Operasional (dibuat untuk dilaksanakan; untuk keperluan tindakan-tindakan kemudian dan seterusnya; bukan yang telah lalu).
3. Sifat perencanaan
- Faktual (dibuat berdasarkan fakta/data; memperkirakan kejadian yang akan datang dalam tindakan pelaksanaan kelak);
- Rasional (masuk akal, ilmiah dan dapat dipertanggung jawabkan, bukan angan-angan),
- Fleksibel (dapat mengikuti perkembangan kemajuan masyarakat, perubahan situasi dan kondisi; dapat diubah /disempurnakan sesuai keadaan/tidak merubah tujuan),
- Kontiniu/berkesinambungan (dipersiapkan untuk tindakan yang terus menerus dan berkelanjutan; tidak untuk sekali tetapi untuk selamanya),
- Dialektis (memperkirakan peningkatan dan perbaikan untuk kesempurnaan masa yang akan datang).
4. Fungsi perencanaan
- Interpretasi (dapat menjelasan, menguraikan dan menjabarkan kebijakan umum (general policy)dari bentuk kerjasama (manajemen);
- Forcasting (dapat memperhitungkan keadaan dan situasi dimasa yang akan datang);
- Koordinasi (sebagai alat koordinasi seluruh kegiatan manajemen);
- Ekonomis (mengandung prinsif ekonomis/hemat, agar kegiatan manajemen efisien);
- Pedoman (jadi pedoman, patokan atau pegangan pelaksanaan perencanaan dimaksud);
- Kepastian (menetapkan dimuka hal-hal yang akan dikerjakan kemudian secara pasti – tidak coba-caba);
- Preventive control (alat pengontrol dan penilaian agar terhindar dari penyelewengan dan pemborosan, baik waktu, tenaga, biaya maupun fasilitas manajemen).
5. Prinsip perencanaan
- Contributeir (membantu tercapainya tujuan manajemen);
- Primary activity (kegiatan pertama dari seluruh kegiatan manajemen);
- Pervasivitas (mencakupi seluruh kegiatan manajemen, menyeluruh dalam setiap level);
- Alternative (adanya alternatif/pilihan – bahan, waktu, tenaga, biaya, dsb);
- Efficiency (nilai efisiensi – penghematan dan kerapian);
- Limiting factor (factor yang urgen, terang, jelas, tegas dan tidak bertele-tele);
- Fleksibilitas (mudah disempurnakan, diperbaiki – disesuaikan dengan situasi dan kondisi yang berubah-ubah);
- Strategis (punya siasat/strategi agar diterima atasan, masyarakat maupun anggota untuk dilaksanakan);
6. Syarat perencanaan
Syarat - syarat perencanan meliputi :
- Merumuskan dahulu masalah yng akan direncanakan
- Perencaanaan harus di dasarkan padaa informasi data dan fakta
- Menetapkan beberapa alternative dan premsnya
- Putuskanlah suatu keputusan yg menjadi rencana
Syarat – syarat rencana yang baik adalah :
- Tujuan harus jelas , rasional, obyektif dan cukup menantang untuk dierjungkan
- Rencana harus mudah dipahami dan penafsiranya hanya Satu
- Rencana harus dapat di pakai sebagai pedoman untuk pengendalian semua tindakan
- Rencana harus bias dikerjakan oleh sekelompok orang
- Rencana harus dipakai sebagai pedoman untuk bertindak ekonomi.
- Rencana harus flekible
- Rencan harus menunjukan urutan – urutan dan waktu pekerjaan
- Rencana harus berkesinambungan
- Rencana harus meliputi semua tindakan yang akan dilakukan
- Rencana harus berimbang
- Dalaam rencana tidak boleh ada pertentangan antar departemen hendaknya saling mendukung
- Rencana harus sensitive terhadaap situasi sehingga terbuk kemungkina untuk mengubah teknik pelaksanaanya tanpa mengalami perubahan pada tujuanya
7. Proses perencanaan
- Menentukan tujuan perencanaan
- Menentukan tindakan untuk mencapai tujuan
- Mengembangkn dasar pemikiran kondisi mendatang
- Mengidentifikasi cara untuk mencapai tujuan
- Mengimplementasi rencana tindakan dan mengevaluasi hasilnya
8. Langkah pokok perencanaan
a. Menentukan masalah, tugas, tujuan dan kebutuhan secara jelas;
b. Mencari informasi secara lengkap yang berhubungan dengan berbagai kegiatan;
c. Mengorbservasi, meneliti, menganalisis dan mengklasifikasi informasi yang sudah terkumpul;
d. Melaksanakan metode perencanaan yang telah dibuat dengan menetapkan pelaksanaan rencana (memilih rencana yang diajukan / memantapkan perencanaan dan mempertimbangkan hambatan-hambatan dengan berbagai kegiatan;
e. Menetapkan planning alternatif;
f. Memilih dan memeriksa rencana yang diajukan;
g. Membuat sintesis (metode/alternatif penyelesaian);
h. Mengatur urutan dan waktu rencana secara terperinci;
i. Mengadakan evaluasi (penilaian).
9. Kriteria perencanaan
a. Mengetahui sifat / cirri / prinsip rencana yang baik, yaitu :
- Mempermudah tercapainya tujuan,
- Dibuat oleh orang yang memahami tujuan organisasi.
- Dibuat oleh orang yang mendalami teknik perencanaan,
- Disertai perincian yang teliti,
- Tidak boleh lepas dari pemikiran pelaksanaan,
- Bersifat sederhana,
- Luwes,
- Dalam perencanaan terdapat tempat pengambilan resiko,
- Bersifat praktis/pragmatis,
- Merupakan forcasting.
b. Memandang proses perencanaan sebagai suatu rangkaian pertanyaan yang harus dijawab, sebagai berikut :
- What (apa) = tujuan (tindakan apa yang perlu dilakukan)
- When (kapan) = waktu (kapan hal tersebut perlu dilakukan.
- How (bagaimana) = cara mengerjakannya (bagaimana cara melakukan pekerjaan tersebut)
- Who (siapa) = tenaga kerja (siapa yang melakukan pekerjaan tersebut)
- Where (dimana) = tempat (dimana pekerjaan itu harus dilakukan)
- Why (mengapa) = keperluannya (mengapa pekerjaan itu harus dilakukan).
c. Memandang proses perencanaan sebagai suatu masalah yang harus dipecahkan dengan mempergunakan teknik-teknik ilmiah (scientific techniques of problem solving), melalui langkah:
- Mengetahui sifat hakikat masalah yang dihadapi (know the nature of the problem).
- Mengumpulkan data (collect data),
- Menganalisa data-data (analisis of the data),
- Menentukan beberapa alternatif (determination of several alternatives),
- Memilih cara yang terbaik (selection of the seeminingly best way from among alternatives),
- Pelaksanaan (execution)
- Penilaian hasil (evaluation of results)
10. Perencanaan keperawatan
Perencanaan disini dimaksudkan untuk menyusun suatu rencana yang strategis dalam mencapai tujuan, seperti menentukan kebutuhan dalam asuhan keperawatan kepada semua pasien, menegakkan tujuan, mengalokasikan anggaran belanja, memutuskan ukuran dan tipe tenaga keperawatan yang dibutuhkan, membuat pola struktur organisasi yang dapat mengoptimalkan efektifitas staf serta menegakkan kebijaksanaan dan prosedur operasional untuk mencapai visidan misi yang telah ditetapkan.
11. Pengertian klasifikasi pasien
Klasifikasi pasien merupakan suatu pengelompokan pasien berdasarkan tingkat ketergantungannya kepada perawat, guna mempermudah dalam perhitungan kebutuhan tenaga perawat di suatu ruangan dalam rumah sakit.
Klasifikasi pasien juga menjadi dasar dalam menentukan standar waktu pelayanan pasien rawat inap.
12. Tujuan klasifikasi pasien
Tujuan klasifikasi pasien antara lain adalah :
- Mengetahui tingkat ketergantungan pasien dengan perawat
- Mempemudah dalam menentukan standar waktu pelayanan
- Mempermudah dalam menentukan perhitungan jumlah tenaga perawat yang diperlukan dalam suatu ruangan di rumah sakit
13. Kategori tingkat ketergantungan pasien
Untuk pasien rawat inap, Douglas (1984) menyampaikan standar waktu pelayanan pasien rawat inap sebagai berikut :
- Perawatan minimal memerlukan waktu : 1-2 jam/24 jam
- Perawatan intermediet memerlukan waktu : 3-4 jam/24 jam
- Perawatan maksimal/total memerlukan waktu : 5-6 jam/24 jam
Dalam penerapan sistem klasifikasi pasien dengan tiga kategori tersebut di atas adalah sebagai berikut :
a. Kategori I : Self care / minimal care / perawatan mandiri
Kegiatan sehari-hari dapat dilakukan sendiri,penampilan secara umum baik,tidak ada reaksi emosional,pasien memerlukan orientasi waktu,tempat dan pergantian shift,ttindakan pengobatan biasanya ringan dan simple. Pasien yang masuk kategori ini adalah :
a. Pasien bisa mandiri/hampir tidak memerlukan bantuan
a. Mampu naik-turun tempat tidur
b. Mampu Ambulasi dan berjalan sendiri
c. Mampu mandi sendiri/mandi sebagian dengan bantuan
d. Mampu membersihkan mulut (sikat gigi sendiri)
e. Mampu nerpakaian dan berdandan dengan sedikit bantuan
f. Mampu BAB dan BAK dengan sedikit bantuan
b. Status Psikologis Stabil
c. Pasien dirawat untuk prosedur diagnostik
d. Operasi ringan
b. Kategori II : intermediet care / perawatan sedang
Kegiatan sehari-hari untuk makan dibantu,mengatur pisisi waktu makan.meberi dorogan agar mau makan,eliminasi dan kebutuhan diri juga dibantu atau menyiapkan alat untuk ke kamar mandi.Penampilan pasien sakit sedang.Tindakan perawatan pada pasien ini monitor tanda-tanda vital,periksa urine reduksi,fungsi fisiologis,status emosinal,kelancaran drainage atau infus.Pasien memerlukan bantuan pendidikan kesehatan untuk support emosi 5-10 menit/shift atau 30-60 menit/shiftdengan mengobservasi side efek obat atau reaksi alergi. Yang termasuk kategori pasien ini adalah :
1. Pasien memerlukan bantuan perawat sebagian
a. Membutuhkan bantuan satu orang untuk naik-turun tempat tidur
b. Membutuhkan bantuan untuk Ambulasi / berjalan
c. Membtuhkan bantuan dalam menyiapkan makanan
d. Membutuhkan bantuan untuk makan (disuap)
e. Membutuhkan bantuan untuk kebersihan mulut
f. Membutuhkan bantuan untuk berpakaian dan berdandan
g. Membutuhkan bantuan untuk BAB dan BAK
2. Post operasi minor (24 jam)
3. Melewati fase akut dari post operasi mayor
4. Fase awal dari penyembuhan
5. Observasi tanda-tanda vital setiap 4 jam
6. Gangguan emosional ringan
c. Kategori III : Intensive care/perawatan total
Kebutuhan sehari-hari tidak bisa dilaksanakan sendiri,semua dibantu oleh perawat penampian sakit berat.pasien memerlukan observasi terus-menerus. Yang termasuk pasien kategori ini adalah :
1. Pasien memerlukan bantuan perawat sepenuhnya dan memerlukan waktu perawat yang lebih lama
- Membutuhkan dua orang atau lebih untuk mobilisasi dari tempat tidur ke kereta dorong / kursi roda
- Membutuhkan latihan pasif
- Kebutuhan nutris dan cairan dipenuhi melalui terapi intravena (infus) atau NG tube (sonde)
- Membutuhkan bantuan untuk kebersihan mulut
- Membutuhkan bantuan penuh untuk berpakaian dan berdandan
- Dimandikan perawat
- Dalam keadaan inkontinensia, menggunakan kateter
2. 24 jam post operasi mayor
3. Pasien tidak sadar
4. Keadaan pasien tidak stabil
5. Observasi TTV setiap kurang dari jam
6. Perawatan luka bakar
7. Perawatan kolostomi
8. Menggunakan alat bantu pernapasan (respirator)
9. Menggunakan WSD
10. Irigasi kandung kemih secara terus menerus
11. Menggunakan alat traksi (skeletal traksi)
12. Faktur dan atau pasca operasi tulangbelakang /leher
13. Gangguan emosional berat, bingung dan disorientasi
14. Criteria kebutuhan tenaga keperawatan
Jumlah tenaga perawat yang dibutuhkan dalam suatu ruang rawat.
Pasien | Klasifikasi pasien | ||||||||
Minimal | Parsial | Total | |||||||
Pagi | Siang | Malam | Pagi | Siang | Malam | Pagi | Siang | Malam | |
1. | 0,17 | 0,14 | 0,10 | 0,27 | 0,15 | 0,07 | 0,36 | 0,30 | 0,20 |
2. | 0,34 | 0,28 | 0,20 | 0,54 | 0,30 | 0,14 | 0,72 | 0,60 | 0,40 |
3. | 0,51 | 0,42 | 0,30 | 0,81 | 0,45 | 0,21 | 1,08 | 0,90 | 0,60 |
Konsep perhitungan ketenagaan (Ratna Sitorue, 2002)
Penetapan jumlah perawat dilakukan dengan menghitung jumlah pasien berdasarkan derajat ketergantungan selama satu bulan dan dihitung jumlah perawat yang dibutuhkan untuk setiap hari.Setelah itu ditetapkan rata – rata jumlah perawat setiap hari.
Contoh 1
Suatu ruang rawat dengan 22 pasien (3 pasien dengan perawatan minimal, 14 pasien dengan perawatan intermediet, dan 5 pasien dengan perawatan total) maka jumlah perawat yang dibutuhkan untuk jaga pagi adalah :
3 x 0,17 = 0,51
14 x 0,27 = 3,78
5 x 0,36 = 1,90
Jumlah 6,09 -------------- 6 orang
Contoh 2
Di ruang bedah RSU “Sehat” dirawat 20 orang pasien dengan kategori sebagai berikut: 5 pasien dengan perawatan minimal, 10 pasien dengan perawatan parsial dan 5 pasien dengan perawatan total. Maka kebutuhan tenaga perawatan adalah sebagai berikut:
untuk shift pagi:
- 5 ps x 0,17 = 0,85
- 10 ps x 0,27 = 2,70
- 5 ps x 0,36 = 1,80
total tenaga pagi = 5,35 2. untuk shift siang:
- 5 ps x 0,14 = 0,70
- 10 ps x 0,15 = 1,50
- 5 ps x 0,30 = 1,50
total tenaga siang = 5,35 3. untuk shift malam:
- 5 ps x 0,10 = 0,50
- 10 ps x 0,07 = 0,70
- 5 ps x 0,20 = 1,00
total tenaga malam = 2,20
- 5 ps x 0,17 = 0,85
- 10 ps x 0,27 = 2,70
- 5 ps x 0,36 = 1,80
total tenaga pagi = 5,35 2. untuk shift siang:
- 5 ps x 0,14 = 0,70
- 10 ps x 0,15 = 1,50
- 5 ps x 0,30 = 1,50
total tenaga siang = 5,35 3. untuk shift malam:
- 5 ps x 0,10 = 0,50
- 10 ps x 0,07 = 0,70
- 5 ps x 0,20 = 1,00
total tenaga malam = 2,20
Jadi jumlah tenaga yang dibutuhkan adalah: 5,35 + 3,70 + 2,20 = 11,25 (11 orang perawat).
Konsep perhitungan perawat cara Need :
Cara ini dihitung berdasarkan kebutuhan menurut beban kerja yang diperhitungkan sendiri dan memenuhi standar profesi.Untuk menghitung seluruh kebutuhan tenaga,diperlukan terlebih dahulu gambaran tentang jenis pelayanan yang diberikan kepada klien selama di rumah sakit. Misalnya saja untuk klien yang berobat jalan,ia akan melalui/mendapatkan pelayanan, antara pembelian karcis, pemeriksaan perawat / dokter, penyuluhan, pemeriksaan laboratorium, apotik dan sebagainya. Kemudian dihitung standar waktu yang diperlukan agar pelayanan itu berjalan dengan baik. Hundgins(1992)menggunakan standar waktu pelayanan pasien sebagai berikut :
Tugas Lama waktu(menit) untuk pasien :
Baru Lama
Pendaftaran
Pemerikasaan dokter
Pemeriksaan asisten dokter
Penyuluhan
Laboratorium
15
18
51
5
4
11
11
0
7
Baru Lama
Pendaftaran
Pemerikasaan dokter
Pemeriksaan asisten dokter
Penyuluhan
Laboratorium
15
18
51
5
4
11
11
0
7
Contoh perhitunganya:
Rumah sakit A tipe B memberikan pelayanan kepada pasien rata-rata 500 orang perhari dimana 50% adalah pasien baru,maka seorang pimpinan keperawatan akan memperhitungkan jumlah tenaga sebagai berikut :
- Tenaga yang diperlukan untuk bertugas di bagian pendaftaran adalah : (3+4)/2= 3,5 x 500/240 = 7,29 (7 orang tenaga) jika ia bekerja dati jam 08.00 sampai jam 12.00(240 menit).
- Tenaga dokter yang dibutuhkan adalah : (15+1)/2=13×500/180=36,11 (36 orang dokter),jika ia bekerja dari jam 09.00 sampai 12.00)(180 menit)
- Tenaga asisten dokter yang diperlukan adalah (18+11)/2 = 14,5 x500/240=30,2 orang(30 oarang asisten dokter),jika bekerja dari jam 08.00sampai 12.00(240 menit).
- Tenaga penyuluhan yang dibutuhkan adalah 5/12 =25,5 x500/240 = 53,13 (53 orang tenaga penyuluhan),jika ia bekerja dari jam08.00 sampi12.00 (240 menit.
- Tenaga laboratorium yang dibutuhkan adalah : (5+7)/2=6×500/240 =12,5 (13 oarang tenaga laboratorium jika ia bekerja dari jam 08.00 sampai jam12.00(240 menit)
Konsep perhitungan perawat menurut Demand :
Cara demand adalah perhitungan jumlah tenaga mennurut kegiatan yang memang nyata dilakukan oleh perawat. Menurut Tutuko (1992) setiap klien yang masuk ruang gawat darurat dibutuhkan waktu sebagai berikut:
- untuk kasus gawat darurat : 86,31 menit
- untuk kasus mendesak : 71,28 menit
- untuk kasus tidak mendesak : 33,09 menit
Hasil penelitian di rumah sakit di Filipina, menghasilkan data sebagai berikut:
Jenis pelayanan rata-rata jam perawatan / perpasien / hari
- non bedah : 3,5
- bedah : 3,5
- campuran bedah dan non bedah : 3,5
- post partum : 3,0
- bayi baru lahir : 2,5
Konversi kebutuhan tenaga adalah seperti pada perhitungan cara Need.
Perhitungan menurut Gillies
Gillies (1989) mengemukakan rumus kebutuhan teanaga keperawatan di satuy unit perawatan adalah sebagai berikut:
Keterangan :
A = rata-rata jumlah perawatan/pasien/hari
B = rata-rata jumlah pasien /hari
C= Jumlah hari/tahun
D = Jumlah hari libur masing-masing perawat
E = jumlah jam kerja masing-masing perawat
F = Jumlah jam perawatan yang dibutuhkan per tahun
G = Jumlah jam perawatan yang diberikan perawat per tahun
H = Jumlah perawat yang dibutuhkan untuk unit tersebut
A = rata-rata jumlah perawatan/pasien/hari
B = rata-rata jumlah pasien /hari
C= Jumlah hari/tahun
D = Jumlah hari libur masing-masing perawat
E = jumlah jam kerja masing-masing perawat
F = Jumlah jam perawatan yang dibutuhkan per tahun
G = Jumlah jam perawatan yang diberikan perawat per tahun
H = Jumlah perawat yang dibutuhkan untuk unit tersebut
Prinsip perhitungan rumus Gillies:
Dalam memberikan pelayanan keperawatan ada tiga jenis bentuk pelayanan, yaitu:
a. Perawatan langsung, adalah perawatan yang diberikan oleh perawat yang ada hubungan secara khusus dengan kebutuhan fisik, psikologis, dan spiritual. Berdasarkan tingkat ketergantungan pasien pada perawat maka dapat diklasifikasikan dalam empat kelompok, yaitu: self care, partial care, total care dan intensive care.
Menurut Minetti Huchinson (1994) kebutuhan keperawatan langsung setiap pasien adalah empat jam perhari sedangkan untuk:
- self care dibutuhkan ½ x 4 jam : 2 jam
- partial care dibutuhkan ¾ x 4 jam : 3 jam
- Total care dibutuhkan 1- 1½ x 4 jam : 4-6 jam
- Intensive care dibutuhkan 2 x 4 jam : 8 jam
b. Perawatan tak langsung, meliputi kegiatan-kegiatan membuat rencana perawatan, memasang/ menyiapkan alat, ,konsultasi dengan anggota tim, menulis dan membaca catatan kesehatan, melaporkan kondisi pasien. Dari hasil penelitian RS Graha Detroit (Gillies, 1989, h 245) = 38 menit/ klien/ hari, sedangkan menurut Wolfe & Young (Gillies, 1989, h. 245) = 60 menit/ klien/ hari dan penelitian di Rumah Sakit John Hpokins dibutuhkan 60 menit/ pasien (Gillies, 1994)
c. Pendidikan kesehatan yang diberikan kepada klien meliputi: aktifitas, pengobatan serta tindak lanjut pengobatan. Menurut Mayer dalam Gillies (1994), waktu yang dibutuhkan untuk pendidikan kesehatan ialah 15 menit/ klien/ hari.
- Rata-rata klien per hari adalah jumlah klien yang dirawat di suatau unit berdsasarkan rata-ratanya atau menurut “ Bed Occupancy Rate” (BOR) dengan rumus:
Jumlah hari perawatan rumah sakit dalam waktu tertentu x 100%
Jumlah tempat tertentu x 365
Jumlah tempat tertentu x 365
- Jumlah hari pertahun, yaitu 365 hari
- Hari libur masing-masing perawat pertahun, yaitu 128 hari, hari minggu= 52 hari dan hari sabtu = 52 hari. Untuk hari sabtu tergantung kebijakan RS setempat, kalau ini merupakan hari libur maka harus diperhitungkan, begitu juga sebaliknya, hari libur nasional = 12 hari dan cuti tahunan = 12 hari.
- Jumlah jam kerja tiap perawat adalah 40 jam per minggu (kalau hari kerja efektif 5 hari maka 40/5 = 8 jam, kalu hari kerja efektif 6 hari per minggu maka 40/6 jam = 6,6 jam perhari)
- Jumlah tenaga keperawatan yang dibutuhkan di satu unit harus ditambah 20% (untuk antisiapasi kekurangan/ cadangan)
Contoh perhitungannya:
Dari hasil observasi dan sensus harian selama enam bulan di sebuah rumah sakit A yang berkapasitas tempat tidur 20 tempat tidur, didapatkan jumlah rata-rata klien yang dirawat (BOR) 15 orang perhari. Kriteria klien yang dirawat tersebut adalah 5 orang dapat melakukan perawatan mandiri, 5 orang perlu diberikan perawatan sebagian, dan 5 orang lainnya harus diberikan perawatan total. Tingkat pendidikan perawat yaitu, SPK dan D III Keperawatan. Hari kerja efektif adalah 6 hari perminggu. Berdasarkan situasi tersebut maka dapat dihitung jumlah kebutuhan tenaga perawat di ruang tersebut adalah sbb:
a. Menetukan terlebih dahulu jam keperawatan yang dibutuhkan klien perhari, yaitu:
- keperawatan langsung
- keperawatan mandiri 5 orang klien : 5 x 2 jam = 10 jam
- keperawatan parsial 5 orang klien : 5 x 3 jam = 15 jam
- keperawatan total 5 orang klien : 5 x 6 jam = 30 jam
- keperawatan tidak langsung 15 orang klien : 5 x 1 jam = 15 jam
- penyuluhan kesehatan 15 orang klien : 15 x 0,25 jam = 3,75 jam
total jam keperawatan secara keseluruhan 73,75 jam
b. Menetukan jumlah jam keperawatan per klien per hari = 73,75 jam / 15 klien = 4,9 jam
c. Menetukan jumlah kebutuhan tenaga keperawatan pada ruangan tersebut adalah klangsung dengan menggunakan rumus (Gillies, 1989) diatas, sehingga didapatkan hasil sbb :
d. Menentukan jumlah kebutuhan tenaga keperawatan yang dibutuhkan perhari, yaitu:
e. Menentukan jumlah tenaga keperawatan yang dibutuhkan per shift, yaitu dengan ketentuan menurut Warstler ( dalam Swansburg, 1990, h. 71). Proporsi dinas pagi 47%, sore 36%, dan malam 17%. Maka pada kondisi di atas jumlah tenaga keperawatan yang dibutuhkan per shift adalah :
- shift pagi: 5,17 orang (5 orang)
- shift sore: 3,96 orang (4 orang)
- shift malam: 1, 87 orang (2 orang)
f. Kombinasi jumlah tenaga menurut Intermountain Health Care Inc. adalah:
- 58% = 6,38 (6 orang) S I keperawatan
- 26% = 2,86 (3 orang) D III keperawatan
- 16% = 1,76 (2 orang) SPK
g. Kombinasi menurut Abdellah dan Levinne adalah :
- 55% = 6,05 (6 orang) tenaga professional
- 45% = 4,95 (5 orang) tenaga non professional
Cara Swansburg (1999)
Jumlah rata-rata pasien/ hari x jumlah perawat/ pasien/ hari
Jam kerja/ hari
Jam kerja/ hari
Contoh: Pada rumah sakit A, jumlah tempat tidur pada unit Bedah 20 buah, rata-rata pasien perhari 15 orang, jumlah jam perawatan 5 jam/ pasien/ hari, dan jam kerja 7 jam/hari
Cara menghitung :
Jumlah perawat yang dibutuhkan adalah:
Jumlah shift dalam seminggu: 11 x 7 = 77 shift
Bila jumlah perawat sama setiap hari dengan 6 hari kerja/ minggu dan 7 jam/ hari maka jumlah perawaty yang dibuthkan = 77 : 6 = 12,83 atau 13 orang.
Metoda Formulasi Nina
Nina (1990) menggunakan lima tahapan dalam menghitung kebutuhan tenaga.
Contoh pengitungannya:
Hasil observasi terhadap RS A yang berkapasitas 300 tempat tidur, didapatrkan jumlah rata-rata klien yang dirawat (BOR) 60 %, sedangkan rata-rata jam perawatan adaalah 4 jam perhari. Berdasarkan situasi tersebut maka dapat dihitung jumlah kebutuhan tenaga perawat di ruang tersebut adalah sbb:
- Tahap I
Dihitung A = jumlah jam perawatan klien dalam 24 jam per klien. Dari contoh diatas A= 4 jam/ hari
- Tahap II
Dihitung B= jumlah rata-erata jam perawatan untuk sekuruh klien dalam satu hari.
B = A x tempat tidur = 4 x 300 = 1200
B = A x tempat tidur = 4 x 300 = 1200
- Tahap III
Dihitung C= jumlah jam perawatan seluruh klien selama setahun.
C= B x 365 hari = 1200 x 365 = 438000 jam
- Tahap IV
Dihitung D = jumlah perkiraan realistis jam perawatan yang dibutuhkan selama setahun.
D= C x BOR / 80 = 438000 x 180/ 80 = 985500
D= C x BOR / 80 = 438000 x 180/ 80 = 985500
Nilai 180 adalah BOR total dari 300 klien, dimana 60% x 300 = 180. Sedangkan 80 adalah nilai tetap untuk perkiraan realistis jam perawatan.
- Tahap V
Didapat E= jumlah tenaga perawat yang dibutuhkan.
E= 985500/ 1878 = 524,76 (525 orang)
E= 985500/ 1878 = 524,76 (525 orang)
Angka 1878 didapat dari hari efektif pertahun (365 – 52 hari minggu = 313 hari) dan dikalikan dengan jam kerja efektif perhari (6 jam)
Metoda hasil Lokakarya Keperawatan
Menurut hasil lokakarya keperawatan (Depkes RI 1989), rumusan yang dapat digunakan untuk perhitungan kebutuhan tenaga keperawatan adalah sebagai berikut :
Jam perawatan 24 jam x 7 (tempat tidur x BOR) + 25%
Hari kerja efektif x 40 jam
Hari kerja efektif x 40 jam
Prinsip perhitungan rumus ini adalah sama dengan rumus dari Gillies (1989) diatas, tetapi ada penambahan pada rumus ini yaitu 25% untuk penyesuaian (sedangkan angka 7 pada rumus tersebut adalah jumlah hari selama satu minggu).
15. Standar ketenagaan Perawat dan Bidan di Rumah Sakit
Pedoman cara perhitungan kebutuhan tenaga perawat dan bidan menurut direktorat pelayanan keperawatan Dirjen Yan-Med Depkes RI (2001) dengan memperhatikan unit kerja yang ada pada masing-masing rumah sakit. Model pendekatan yang digunakan adalah sebagai berikut :
a. Rawat inap
Berdasarkan klasifikasi pasien cara perhitungannya berdasarkan :
- tingkat ketergantungan pasien berdasarkan jenis kasus
- rata-rata pasien per hari
- jumlah perawatan yang diperlukan / hari / pasien
- jam perawatan yang diperlukan/ ruanagan / hari
- jam kerja efektif tiap perawat atau bidan 7 jam per hari
b. Jumlah tenaga untuk kamar operasi
Dasar penghitungan tenaga di kamar operasi :
- jumlah dan jenis operasi
- jumlah kamar operasi
- Pemakain kamar operasi (diprediksi 6 jam perhari) pada hari kerja
- Tugas perawat di kamar operasi: instrumentator, perawat sirkulasi (2 orang/ im)
Tingkat ketergantungan pasien:
- Operasi besar: 5 jam/ operasi
- Operasi sedang: 2 jam/ operasi
- Operasi kecil: 1 jam / operasi
( Jml. Jam perawatan/ hari x jml. Operasi) x jml perawat dlm tim x 2
jam kerja efektif/ hari
jam kerja efektif/ hari
Contoh kasus:
Dalam satu rumah sakit terdapat 30 operasi perhari, dengan perincian:
operasi besar: 6 orang; operasi sedang: 15 orang; operasi kecil: 9 orang
operasi besar: 6 orang; operasi sedang: 15 orang; operasi kecil: 9 orang
cara penghitungan:
{(6 x 5 jam) + (15 x 2) + (9 x 1)} x 2 = 19,71 + 1 (perawat cadangan inti)
7 jam
7 jam
c. Di Ruang Penerimaan
Ketergantungan pasien di ruang penerimaan : 15 menit
Ketergantungan di RR : 1 jam
1,15 x 30 = 4,92 orang (dibulatkan 5 orang)
Perhitungan diatas dengan kondisi: alat tenun dan set operasi dipersiapkan oleh CSSD.
d. Jumlah tenaga di Instalasi Gawat Darurat
Dasar perhitungan di gawat darurat adalah :
- rata-rata jumlah pasien perhari
- Jumlah jam perawatan perhari
- Jam efektif perhari
Contoh kasus:
rata-rata jumlah pasien perhari = 50
jumlah jam perawatan perhari = 4 jam
Jam efektif perhari = 7 jam
Jadi kebutuhan tenaga perawat di IGD:
50 x 4 = 28,6 = 29 orang + loss day ( 78 x 29) = 29 orang + 8 orang = 37 orang
e. Critical Care
rata-rata jumlah pasien perhari = 10
jumlah jam perawatan perhari = 12
jadi jumlah kebutuhan tenaga perawat di Critical Care:
10 x 12 = 17,14 = 17 orang +loss day ( 78 x 17) = 17 + 5 orang = 22 orang
f. Rawat Jalan
Jumlah pasien perhari = 100
Jumlah jam perawatan perhari = 15
Jadi kebutuhan tenaga perawat di rawat jalan:
100 x 15 = 4 orang + koreksi 15% ( 4 x 15%) = 4 orang + 0,6 = 5 orang
g. Kamar Bersalin
Waktu yang diperlukan untuk pertolongan persalinan mencakup kala I s.d. kala IV = 4 jam/ pasien
Jam efektif kerja bidan = 7 jam/ hari
Rata-rata jumlah pasien setiap hari = 10 orang
Contoh : jumlah bidan yang diperlukan adalah:
10 x 4 jam = 40 = 5,7 = 6 orang + loss day ( 78 x 1,6 ) = 6 + 2 = 8 orang
16. Penetapan jumlah klien
Petunjuk penetapan jumlah klien berdasarkan derajad ketergantungan :
a. dilakukan satu kali sehari pada waktu yang sama dan sebaiknya dilakukan oleh perawat yang sama selama 22 hari
b. Setiap klien dinilai berdasarkan criteria klasifikasi klien (minimal mmemenuhi tiga kriteria)
c. Kelompok klien sesuai dengan klasifikasi dengan memberi tanda tally (I) pada kolom yang tersedia sehingga dalam waktu satu hari dapat diketahui berapa jumlah klien yang ada dalam klasifikasi minimal, parsial dan total
d. Bila klien hanya mempunyai satu criteria dari klasifikasi tersebut maka klien dikelompokkan pada klasifikasi di atasnya.
17. Indicator mutu pelayanan rumah sakit
Indikator-indikator pelayanan rumah sakit dapat dipakai untuk mengetahui tingkat pemanfaatan, mutu, dan efisiensi pelayanan rumah sakit. Indikator-indikator berikut bersumber dari sensus harian rawat inap :
a. BOR (Bed Occupancy Ratio = Angka penggunaan tempat tidur)
BOR menurut Huffman (1994) adalah “the ratio of patient service days to inpatient bed count days in a period under consideration”. Sedangkan menurut Depkes RI (2005), BOR adalah prosentase pemakaian tempat tidur pada satuan waktu tertentu. Indikator ini memberikan gambaran tinggi rendahnya tingkat pemanfaatan tempat tidur rumah sakit. Nilai parameter BOR yang ideal adalah antara 60-85% (Depkes RI, 2005).
Rumus :
Rumus :
BOR = (Jumlah hari perawatan rumah sakit / (Jumlah tempat tidur X Jumlah hari dalam satu periode)) X 100%
b. AVLOS (Average Length of Stay = Rata-rata lamanya pasien dirawat)
AVLOS menurut Huffman (1994) adalah “The average hospitalization stay of inpatient discharged during the period under consideration”. AVLOS menurut Depkes RI (2005) adalah rata-rata lama rawat seorang pasien. Indikator ini disamping memberikan gambaran tingkat efisiensi, juga dapat memberikan gambaran mutu pelayanan, apabila diterapkan pada diagnosis tertentu dapat dijadikan hal yang perlu pengamatan yang lebih lanjut. Secara umum nilai AVLOS yang ideal antara 6-9 hari (Depkes, 2005).
Rumus :
Rumus :
AVLOS = Jumlah lama dirawat / Jumlah pasien keluar (hidup + mati)
c. TOI (Turn Over Interval = Tenggang perputaran)
TOI menurut Depkes RI (2005) adalah rata-rata hari dimana tempat tidur tidak ditempati dari telah diisi ke saat terisi berikutnya. Indikator ini memberikan gambaran tingkat efisiensi penggunaan tempat tidur. Idealnya tempat tidur kosong tidak terisi pada kisaran 1-3 hari.
Rumus :
TOI = ((Jumlah tempat tidur X Periode) – Hari perawatan) / Jumlah pasien keluar (hidup +mati)
d. BTO (Bed Turn Over = Angka perputaran tempat tidur)
BTO menurut Huffman (1994) adalah “...the net effect of changed in occupancy rate and length of stay”. BTO menurut Depkes RI (2005) adalah frekuensi pemakaian tempat tidur pada satu periode, berapa kali tempat tidur dipakai dalam satu satuan waktu tertentu. Idealnya dalam satu tahun, satu tempat tidur rata-rata dipakai 40-50 kali.
Rumus :
Rumus :
BTO = Jumlah pasien keluar (hidup + mati) / Jumlah tempat tidur
e. NDR (Net Death Rate)
NDR menurut Depkes RI (2005) adalah angka kematian 48 jam setelah dirawat untuk tiap-tiap 1000 penderita keluar. Indikator ini memberikan gambaran mutu pelayanan di rumah sakit.
Rumus :
NDR = (Jumlah pasien mati > 48 jam / Jumlah pasien keluar (hidup + mati)) X 1000 ‰
f. GDR (Gross Death Rate)
GDR menurut Depkes RI (2005) adalah angka kematian umum untuk setiap 1000 penderita keluar.
Rumus :
GDR = ( Jumlah pasien mati seluruhnya / Jumlah pasien keluar (hidup + mati)) X 1000 ‰
DAFTAR PUSTAKA
Aditama, Tjandra Yoga. 2004. Manajemen Administrasi Rumah Sakit. Jakarta : UIP
Sabarguna dan Sumarni. 2003. Sumber Daya Manusia Rumah Sakit. Yogyakarta : Konsorsium RSI Jateng - DIY
Tidak ada komentar:
Posting Komentar