Disusun Oleh :
1. Arifatul Fitriana
2. Ariyo Guntoro
3. Asim Maulana
4. Asrofikah
5. Ayu Setya Asih
6. Ayuningtyas Budi R.
7. Azizah Rahmah M.
8. Dwi Kurniawati
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KENDAL
TAHUN AKADEMIK 2011 - 2012
KONFLIK
a. Pengertian konflik
Konflik berasal dari kata kerja Latin configere yang berarti saling memukul. Secara sosiologis, konflik diartikan sebagai suatu proses sosial antara dua orang atau lebih (bisa juga kelompok) dimana salah satu pihak berusaha menyingkirkan pihak lain dengan menghancurkannya atau membuatnya tidak berdaya.
Ada beberapa pengertian konflik menurut beberapa ahli, diantaranya yaitu :
1. Menurut Taquiri dalam Newstorm dan Davis (1977), konflik merupakan warisan kehidupan sosial yang boleh berlaku dalam berbagai keadaan akibat daripada berbangkitnya keadaan ketidaksetujuan, kontroversi dan pertentangan di antara dua pihak atau lebih pihak secara berterusan.
2. Menurut Gibson, et al (1997: 437), hubungan selain dapat menciptakan kerjasama, hubungan saling tergantung dapat pula melahirkan konflik. Hal ini terjadi jika masing – masing komponen organisasi memiliki kepentingan atau tujuan sendiri – sendiri dan tidak bekerja sama satu sama lain.
3. Menurut Robbin (1996), keberadaan konflik dalam organisasi dalam organisasi ditentukan oleh persepsi individu atau kelompok. Jika mereka tidak menyadari adanya konflik di dalam organisasi maka secara umum konflik tersebut dianggap tidak ada. Sebaliknya, jika mereka mempersepsikan bahwa di dalam organisasi telah ada konflik maka konflik tersebut telah menjadi kenyataan.
4. Dipandang sebagai perilaku, konflik merupakan bentuk minteraktif yang terjadi pada tingkatan individual, interpersonal, kelompok atau pada tingkatan organisasi (Muchlas, 1999). Konflik ini terutama pada tingkatan individual yang sangat dekat hubungannya dengan stres.
5. Menurut Minnery (1985), Konflik organisasi merupakan interaksi antara dua atau lebih pihak yang satu sama lain berhubungan dan saling tergantung, namun terpisahkan oleh perbedaan tujuan.
6. Konflik dalam organisasi sering terjadi tidak simetris terjadi hanya satu pihak yang sadar dan memberikan respon terhadap konflik tersebut. Atau, satu pihak mempersepsikan adanya pihak lain yang telah atau akan menyerang secara negatif (Robbins, 1993).
7. Konflik merupakan ekspresi pertikaian antara individu dengan individu lain, kelompok dengan kelompok lain karena beberapa alasan. Dalam pandangan ini, pertikaian menunjukkan adanya perbedaan antara dua atau lebih individu yang diekspresikan, diingat, dan dialami (Pace & Faules, 1994:249).
8. Konflik dapat dirasakan, diketahui, diekspresikan melalui perilaku-perilaku komunikasi (Folger & Poole: 1984).
9. Konflik senantisa berpusat pada beberapa penyebab utama, yakni tujuan yang ingin dicapai, alokasi sumber – sumber yang dibagikan, keputusan yang diambil, maupun perilaku setiap pihak yang terlibat (Myers,1982:234-237; Kreps, 1986:185; Stewart, 1993:341).
10. Interaksi yang disebut komunikasi antara individu yang satu dengan yang lainnya, tak dapat disangkal akan menimbulkan konflik dalam level yang berbeda – beda (Devito, 1995:381)
b. Pandangan konflik menurut beberapa ahli
· Pandangan konflik menurut Robbin
Robbin (1996: 431) mengatakan konflik dalam organisasi disebut sebagai The Conflict Paradoks, yaitu pandangan bahwa di sisi konflik dianggap dapat meningkatkan kinerja kelompok, tetapi di sisi lain kebanyakan kelompok dan organisasi berusaha untuk meminimalisasikan konflik. Pandangan ini dibagi menjadi tiga bagian, antara lain:
1. Pandangan tradisional (The Traditional View). Pandangan ini menyatakan bahwa konflik itu hal yang buruk, sesuatu yang negatif, merugikan, dan harus dihindari. Konflik disinonimkan dengan istilah violence, destruction, dan irrationality. Konflik ini merupakan suatu hasil disfungsional akibat komunikasi yang buruk, kurang kepercayaan, keterbukaan di antara orang – orang, dan kegagalaan manajer untuk tanggap terhadap kebutuhan dan aspirasi karyawan.
2. Pandangan hubungan manusia (The Human Relation View. Pandangan ini menyatakan bahwa konflik dianggap sebagai suatu peristiwa yang wajar terjadi di dalam kelompok atau organisasi. Konflik dianggap sebagai sesuatu yang tidak dapat dihindari karena di dalam kelompok atau organisasi pasti terjadi perbedaan pandangan atau pendapat antar anggota. Oleh karena itu, konflik harus dijadikan sebagai suatu hal yang bermanfaat guna mendorong peningkatan kinerja organisasi. Dengan kata lain, konflik harus dijadikan sebagai motivasi untuk melakukan inovasi atau perubahan di dalam tubuh kelompok atau organisasi.
3. Pandangan interaksionis (The Interactionist View). Pandangan ini cenderung mendorong suatu kelompok atau organisasi terjadinya konflik. Hal ini disebabkan suatu organisasi yang kooperatif, tenang, damai, dan serasi cenderung menjadi statis, apatis, tidak aspiratif, dan tidak inovatif. Oleh karena itu, menurut pandangan ini, konflik perlu dipertahankan pada tingkat minimum secara berkelanjutan sehingga tiap anggota di dalam kelompok tersebut tetap semangat, kritis – diri, dan kreatif.
· Pandangan konflik menurut Stoner dan Freeman
Stoner dan Freeman(1989:392) membagi pandangan menjadi dua bagian, yaitu pandangan tradisional (Old view) dan pandangan modern (Current View):
1. Pandangan tradisional. Pandangan tradisional menganggap bahwa konflik dapat dihindari. Hal ini disebabkan konflik dapat mengacaukan organisasi dan mencegah pencapaian tujuan yang optimal. Oleh karena itu, untuk mencapai tujuan yang optimal, konflik harus dihilangkan. Konflik biasanya disebabkan oleh kesalahan manajer dalam merancang dan memimpin organisasi. Dikarenakan kesalahan ini, manajer sebagai pihak manajemen bertugas meminimalisasikan konflik.
2. Pandangan modern. Konflik tidak dapat dihindari. Hal ini disebabkan banyak faktor, antara lain struktur organisasi, perbedaan tujuan, persepsi, nilai – nilai, dan sebagainya. Konflik dapat mengurangi kinerja organisasi dalam berbagai tingkatan. Jika terjadi konflik, manajer sebagai pihak manajemen bertugas mengelola konflik sehingga tercipta kinerja yang optimal untuk mencapai tujuan bersama.
· Pandangan konflik menurut Myers
Selain pandangan menurut Robbin dan Stoner dan Freeman, konflik dipahami berdasarkan dua sudut pandang, yaitu: tradisional dan kontemporer (Myers, 1993:234)
1. Dalam pandangan tradisional, konflik dianggap sebagai sesuatu yang buruk yang harus dihindari. Pandangan ini sangat menghindari adanya konflik karena dinilai sebagai faktor penyebab pecahnya suatu kelompok atau organisasi. Bahkan seringkali konflik dikaitkan dengan kemarahan, agresivitas, dan pertentangan baik secara fisik maupun dengan kata-kata kasar. Apabila telah terjadi konflik, pasti akan menimbulkan sikap emosi dari tiap orang di kelompok atau organisasi itu sehingga akan menimbulkan konflik yang lebih besar. Oleh karena itu, menurut pandangan tradisional, konflik haruslah dihindari.
2. Pandangan kontemporer mengenai konflik didasarkan pada anggapan bahwa konflik merupakan sesuatu yang tidak dapat dielakkan sebagai konsekuensi logis interaksi manusia. Namun, yang menjadi persoalan adalah bukan bagaimana meredam konflik, tapi bagaimana menanganinya secara tepat sehingga tidak merusak hubungan antarpribadi bahkan merusak tujuan organisasi. Konflik dianggap sebagai suatu hal yang wajar di dalam organisasi. Konflik bukan dijadikan suatu hal yang destruktif, melainkan harus dijadikan suatu hal konstruktif untuk membangun organisasi tersebut, misalnnya bagaimana cara peningkatan kinerja organisasi.
· Pandangan konflik menurut Peneliti lainnya
1. Konflik terjadi karena adanya interaksi yang disebut komunikasi. Hal ini dimaksudkan apabila kita ingin mengetahui konflik berarti kita harus mengetahui kemampuan dan perilaku komunikasi. Semua konflik mengandung komunikasi, tapi tidak semua konflik berakar pada komunikasi yang buruk. Menurut Myers, Jika komunikasi adalah suatu proses transaksi yang berupaya mempertemukan perbedaan individu secara bersama-sama untuk mencari kesamaan makna, maka dalam proses itu, pasti ada konflik (1982: 234). Konflik pun tidak hanya diungkapkan secara verbal tapi juga diungkapkan secara nonverbal seperti dalam bentuk raut muka, gerak badan, yang mengekspresikan pertentangan (Stewart & Logan, 1993:341). Konflik tidak selalu diidentifikasikan sebagai terjadinya saling baku hantam antara dua pihak yang berseteru, tetapi juga diidentifikasikan sebagai ‘perang dingin’ antara dua pihak karena tidak diekspresikan langsung melalui kata – kata yang mengandung amarah.
2. Konflik tidak selamanya berkonotasi buruk, tapi bisa menjadi sumber pengalaman positif (Stewart & Logan, 1993:342). Hal ini dimaksudkan bahwa konflik dapat menjadi sarana pembelajaran dalam memanajemen suatu kelompok atau organisasi. Konflik tidak selamanya membawa dampak buruk, tetapi juga memberikan pelajaran dan hikmah di balik adanya perseteruan pihak – pihak yang terkait. Pelajaran itu dapat berupa bagaimana cara menghindari konflik yang sama supaya tidak terulang kembali di masa yang akan datang dan bagaimana cara mengatasi konflik yang sama apabila sewaktu – waktu terjadi kembali.
c. Faktor penyebab terjadinya konflik
· - Perbedaan individu, yang meliputi perbedaan pendirian dan perasaan.
Setiap manusia adalah individu yang unik. Artinya, setiap orang memiliki pendirian dan perasaan yang berbeda-beda satu dengan lainnya. Perbedaan pendirian dan perasaan akan sesuatu hal atau lingkungan yang nyata ini dapat menjadi faktor penyebab konflik sosial, sebab dalam menjalani hubungan sosial, seseorang tidak selalu sejalan dengan kelompoknya. Misalnya, ketika berlangsung pentas musik di lingkungan pemukiman, tentu perasaan setiap warganya akan berbeda-beda. Ada yang merasa terganggu karena berisik, tetapi ada pula yang merasa terhibur.
Seseorang sedikit banyak akan terpengaruh dengan pola-pola pemikiran dan pendirian kelompoknya. Pemikiran dan pendirian yang berbeda itu pada akhirnya akan menghasilkan perbedaan individu yang dapat memicu konflik.
· -Perbedaan kepentingan antara individu atau kelompok.
Manusia memiliki perasaan, pendirian maupun latar belakang kebudayaan yang berbeda. Oleh sebab itu, dalam waktu yang bersamaan, masing-masing orang atau kelompok memiliki kepentingan yang berbeda-beda. Kadang-kadang orang dapat melakukan hal yang sama, tetapi untuk tujuan yang berbeda-beda. Sebagai contoh, misalnya perbedaan kepentingan dalam hal pemanfaatan hutan. Para tokoh masyarakat menanggap hutan sebagai kekayaan budaya yang menjadi bagian dari kebudayaan mereka sehingga harus dijaga dan tidak boleh ditebang. Para petani menbang pohon-pohon karena dianggap sebagai penghalang bagi mereka untuk membuat kebun atau ladang. Bagi para pengusaha kayu, pohon-pohon ditebang dan kemudian kayunya diekspor guna mendapatkan uang dan membuka pekerjaan. Sedangkan bagi pecinta lingkungan, hutan adalah bagian dari lingkungan sehingga harus dilestarikan. Di sini jelas terlihat ada perbedaan kepentingan antara satu kelompok dengan kelompok lainnya sehingga akan mendatangkan konflik sosial di masyarakat. Konflik akibat perbedaan kepentingan ini dapat pula menyangkut bidang politik, ekonomi, sosial, dan budaya. Begitu pula dapat terjadi antar kelompok atau antara kelompok dengan individu, misalnya konflik antara kelompok buruh dengan pengusaha yang terjadi karena perbedaan kepentingan di antara keduanya. Para buruh menginginkan upah yang memadai, sedangkan pengusaha menginginkan pendapatan yang besar untuk dinikmati sendiri dan memperbesar bidang serta volume usaha mereka.
Perubahan adalah sesuatu yang lazim dan wajar terjadi, tetapi jika perubahan itu berlangsung cepat atau bahkan mendadak, perubahan tersebut dapat memicu terjadinya konflik sosial. Misalnya, pada masyarakat pedesaan yang mengalami proses industrialisasi yang mendadak akan memunculkan konflik sosial sebab nilai-nilai lama pada masyarakat tradisional yang biasanya bercorak pertanian secara cepat berubah menjadi nilai-nilai masyarakat industri. Nilai-nilai yang berubah itu seperti nilai kegotongroyongan berganti menjadi nilai kontrak kerja dengan upah yang disesuaikan menurut jenis pekerjaannya. Hubungan kekerabatan bergeser menjadi hubungan struktural yang disusun dalam organisasi formal perusahaan. Nilai-nilai kebersamaan berubah menjadi individualis dan nilai-nilai tentang pemanfaatan waktu yang cenderung tidak ketat berubah menjadi pembagian waktu yang tegas seperti jadwal kerja dan istirahat dalam dunia industri. Perubahan-perubahan ini, jika terjadi seara cepat atau mendadak, akan membuat kegoncangan proses-proses sosial di masyarakat, bahkan akan terjadi upaya penolakan terhadap semua bentuk perubahan karena dianggap mengacaukan tatanan kehiodupan masyarakat yang telah ada.
Konflik dapat berkembang karena berbagai sebab sebagai berikut:
· Batasan pekerjaan yang tidak jelas
· Hambatan komunikasi
· Tekanan waktu
· Standar, peraturan dan kebijakan yang tidak masuk akal
· Pertikaian antar pribadi
· Perbedaan status
· Harapan yang tidak terwujud
Dalam suatu organisasi, konflik dapat terjadi karena beberapa hal. Menurut Stevenin (2000, pp.132-133), ada beberapa faktor yang mendasari munculnya konflik antar pribadi dalam organisasi misalnya adanya:
· Pemecahan masalah secara sederhana. Fokusnya tertuju pada penyelesaian masalah dan orang-orangnya tidak mendapatkan perhatian utama.
· Penyesuaian/kompromi. Kedua pihak bersedia saling memberi dan menerima, namun tidak selalu langsung tertuju pada masalah yang sebenarnya.
Waspadailah masalah emosi yang tidak pernah disampaikan kepada manajer. Kadang-kadang kedua pihak tetap tidak puas.
Waspadailah masalah emosi yang tidak pernah disampaikan kepada manajer. Kadang-kadang kedua pihak tetap tidak puas.
· Tidak sepakat. Tingkat konflik ini ditandai dengan pendapat yang diperdebatkan. Mengambil sikap menjaga jarak. Sebagai manajer, manajer perlu memanfaatkan dan menunjukkan aspek-aspek yang sehat dari ketidaksepakatan tanpa membiarkan adanya perpecahan dalam kelompok.
dwi muntari (6) :
BalasHapusbagaimana strategi penyelesaian konflik yang efektif menurut anda ?????
eka kel.6 : numpang nanya yah,,,,
BalasHapusbagaimana cara anda menanggulangi dampak negatif yang terjadi pada konflik ????
dyah fitriyani 2: mau bertany
BalasHapusjelaskan tentang tekhnik mengolah konflik!!!!!
Dhenis (Kel 5) tanya : apa yang terjadi jika konflik itu sudah sampai berdampak pada psikologis yang mendalam kemudian sebagai seorang pemimpin apa yang akan anda lakukan, mekanisme yang bagaimana yang bisa anda terapkan dalam penanganan konflik tersebut ?
BalasHapusamir (kel 1):saya ingin bertanya, coba jelaskan dampak konflik yang positif itu bagaimana?? thx prend..
BalasHapusDwi Muntari : strategi penyelesaian konflik yang efektif adalah dengan menggunakan win - win strategi, yaitu pihak - pihak yang sedang konflik sama - sama merasa tidak ada yang dirugikan, dan sama - sama dihargai.
BalasHapusEka : cara menanggulangi dampak negatif yang terjadi akibat konflik adalah dengan melakukan mediasi dengan mempertemukan pihak - pihak yang sedang konflik, kemudian menggunakan pendekatan agar pihak - pihak tersebut dapat menyelesaikan konflik dengan tuntas, sehingga dampak positif dari konflik dapat terwujud.
Dyah : teknik mengolah konflik menurut saya adalah dengan cara - cara sebagai berikut :
- memperhatikan penyebab konflik agar konflik dapat terselesaikan dengan baik
- melakukan komunikasi yang efektif antara pihak - pihak yang sedang konflik
- memperhatikan pengambilan keputusan, dengan mempertimbangkan sisi positif dan negatifnya.
Dhenis : memang benar, konflik yang berkepanjangan dapat menyebabkan dampak negatif dari psikologi seseorang. apabila itu sudah terlanjur terjadi, maka sebagai seorang pemimpin yang baik, harus menggunakan pendekatan psikologi untuk menangani hal tersebut. pemimpin juga hendaknya menjadi penengah dalam menyelesaikan konflik.
Amir : konflik yang diselesaikan dengan cara yang efektif dapat menimbulkan dampak yang positif. misalnya meningkatkan hubungan kerja, dan meningkatkan persaingan antara mitra kerja secara sehat. ( Ayuningtyas, klmpk 3 )
saya abi yogati dari kelompok 1 ingin bertanya: da atas disebutkan cara cara penyelesaian konflik,menurut kelompok anda cara apa yang paling efektif,dan jelaskan mengapa anda memilih cara tersabut,terimakasih.
BalasHapussaya afifatun nur fatinah dari kelompok 1 ingin bertanya ,bagaimana cara mencegah terjadinya konflik dan bagaimana jika cara yang digunakan tersebut tidak berhasil,apa yang akan anda lakukan.terimakasih.
BalasHapusela fatmawati : apa yang anda lakukan bila anda menjadi KARU dan mendapatkan suatu konflik yang disebabkan oleh complain klien?? terimakasih..
BalasHapusdewi paramitasari dari kel 4
BalasHapusinggin bertanya mengapa konflik sering terjadi dalam sebuah keputusan yang harus dijalankan bersama daan bagaimana cara mengatasinya????
Ela fatmawati : Tentunya menerima komplain tersebut dengan tangan terbuka dan menjadikan komplain tersebut sebagai masukan atau kritikan yang positif untuk membangun manajemen yang lebih baik.Dan meminta maaf kepada klien atas pelayanannya yang mungkin kurang memuaskan,serta mencoba memperbaiki kesalahan atau komplain dari klien tersebut. (Dwi kurniawati, Klompok 3)
BalasHapusdiani puji hesti dari kel 5
BalasHapussaya mau tanya, sebenernya di dalam manejemen konflik itu baik atau buruk, tolong jelaskan ????
makasih.............
diani klompok 5:d dlm tV kita sering melihat pemberitan ada beberapa konflik, yang akan saya tanyakan konflik antara indonesia vs malaisia yang telah memparmasalahkan perebutan pulau ambalat, itu termasuk konflik yang bagai mana dan jelaskan gimana yang seharusnya cra menyelesaikan konflik tersebut menurut pendapat anda,...
BalasHapusAbi : menurut saya, metode penyelesaian konflik yang paling efektif adalah dengan win - win strategi, yaitu metode yang tidak merugikan pihak - pihak yang sedang konflik, dan merasa saling menguntungkan. ( seperti diskusi sebelumnya )
BalasHapusAfifatun : cara mencegah konflik adalah :
- meningkatkan rasa saling menghormati dan menghargai
- bekerja dengan tanggung jawab
- memberi toleransi anggota lain sesuai tanggung jawabnya
apabila cara tersebut tidak berhasil, maka akan terjadi knflik. cara yang dilakukan adalah dengan menggunakan strategi penyelesaian konflik yang efektif. ( Ayuningtyas B.R. /klmpk 3 )
Dewi Paramita : konflik sering terjadi dalam pengambilan keputusan karena salah satu penyebab konflik itu sendiri adalah perbedaan pendapat antara pihak satu dengan pihak lain. setiap orang pasti memiliki pendapat yang berbeda - beda, dan perbedaan pendapat itu dapat menyebabkan konflik. cara mengatasinya adalah dengan meningkatkan rasa saling menghormati dan menghargai perbedaan pendapat, dan menerima keputusan rapat dengan lapang dada.
BalasHapusDiani : konflik dalam manajemen itu daoat membawa dampak positif dan negatif, tergantung oleh pihak yang sedang mengalami konflik, apakah menggunakan strategi yang tepat atau tidak. apabila menggunakan strategi yang tepat, maka akan membawa dampak positif.
sedangkan untuk masalah antara konflik Indonesia dengan Malaysia, itu bukan konteks yang kita bahas, karena itu bukan bagian dari konflik yang ada pada manajemen keperawatan (Ayuningtyas B.R /klmpk 3 )
diani p.h kel 5 ;
BalasHapussaya ingin bertanya menurut anda sebenarnya dengan adanya konflik itu baik atau gak dan berikan alasannya ?
seperti yang sudah dibahas pada pertanyaan - pertanyaan sebelumnya, konflik dapat berakibat positif atau negatif itu tergantung dengan penyelesaiannya, apakah menggunakan strategi yang efektif atau tidak. apabila menggunakan strategi yang efektif, maka konflik akan membawa dampak yang positif, begitu juga sebaliknya. (Ayuningtyas B.R. / klmpk 3 )
BalasHapus